Aku sering bertanya kenapa kisah tragis dan kesedihan sangat disukai orang-orang pada umumnya, buktinya suatu film akan dikatakan bagus apabila didalamnya terdapat cerita sedih yang bisa menguras air mata, suatu novel akan dikatakan bagus jika didalamnya terdapat suatu tragedi, alur naik turun dalam sebuah film selalu disertai dengan sebuah tragedi, kegagalan, kematian, perpisahan, pengkhianatan, cinta tak berbalas, namun jauh didalam lubuk hatinya manusia sangat menyukai kesedihan terlebih pada orang lain agar mereka merasa lebih beruntung dan bersyukur hidupnya tidak setragis itu. Hidup memang akan lebih menarik bila ada tragedi.

Orang akan diperbolehkan menangisi hidupnya jika hidupnya penuh tragedi, seorang anak yang berasal dari keluarga yang berantakan akan diperbolehkan berbuat yang sedikit liar dan memberontak, bagaimana mungkin ia dapat hidup normal jika didalam rumah ia hanya mendengar pertengkaran, umpatan, makian?. namun bagi yang hidup yang biasa saja, mereka tidak punya hak untuk menangisi hidupnya, buat apa menangis kalau semua yang kau inginkan dapat kau raih? setidaknya itulah kenyataan yang sering aku lihat disekitarku. Bodoh?? memang.. setidaknya itulah yang ada di pikiranku, kalau begitu dimana letak akal manusia? kalau begitu mengapa semua manusia bisa takluk oleh keadaan?Terlepas dari permasalahan tersebut, manusia selalu menginginkan hidup yang … bukan, bukan sempurna karena sempurna bukan hak dari manusia, mungkin lebih tepat dikatakan biasa… hidup yang tanpa masalah berarti, hidup yang lancar, yah seperti itulah. hidup yang lancar memang menjanjikan, siapa yang mau dikenai masalah? hidup secara biasa, terjamin secara sederhana, terlindung oleh sistem, stabil secara psikologis, mapan secara sosial. memang hidup seperti itu akan mudah diramalkan akhirnya, ya itulah yang disebut hidup secara biasa.

Lalu, mengapa aku bisa berkata seperti demikian? karena aku sedang menilai hidupku, orang-orang sekitarku akan melihat aku mempunyai hidup yang.. biasa… mungkin juga,… karena aku mempunyai orang tua yang menyayangiku, secara finansial aku bisa dikategorikan “standard”, aku punya teman-teman yang ada saat aku senang, saat aku sulit, lalu secara fisik aku mempunyai fungsi tubuh yang normal, setidaknya itulah yang aku rasakan… aku menikmatinya, menikmati pandangan orang yang berpikir bahwa hidupku “normal” menikmati jika ada orang yang berpikir enaknya menjadi aku. Lalu selanjutnya aku akan berkata bahwa aku tidak se”biasa” yang mereka lihat, memang secara sosial aku mapan, namun secara psikologis aku jauh dari stabil, tanpa bermaksud untuk ingkar terhadap ketetapan Tuhan aku mengatakan bahwa aku hidup dari keinginan cadangan, kenapa cadangan? karena aku hampir tak pernah mencapai keinginanku, hidupku jauh dari rencana, rencana-rencana besar yang aku susun biasanya tak dapat terelisasikan, untuk itu aku belajar untuk memasukkan opsi kedua dalam setiap keputusan yang aku ambil, Apa yang lebih menyakitkan daripada kegagalan menggapai sesuatu yang benar-benar dinginkan? kalau dikategorikan seperti diatas maka aku punya hak untuk menjadi liar, aku punya hak untuk menangisi hidup karena hidupku dipenuhi tragedi.

Aku sepenuhnya percaya dengan kata-kata “manusia berencana, Tuhan yang menentukan”. Dibalik semua itu, apakah aku kesal? ya pada awalnya… aku bukanlah orang yang mau pasrah menerima keadaaan, namun pada akhirnya aku bisa berpikir lebih jernih ternyata aku adalah orang yang tidak hidup secara “biasa”. Aku mulai berpikir betapa puasnya aku apabila bisa menaklukkan tantangan, betapa senangnya menuai kemenangan, menghadapi rintangan yang Tuhan tujukan padaku untuk mengujiku. Dan akhirnya aku akan bisa mengatakan “ENYAH KALIAN…..”

“Aku ingin hidup mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat,mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan.
Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup! ”
-dikutip dari Edensor-